Quantcast
Channel: Java, Android, Virtual, Social, International, and News
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2972

Perjuangan 20 Tahun Kreator “Pokemon Go”

$
0
0

KOMPAS.com – Kesuksesan Pokemon Go terkesan begitu instan dan terburu-buru. Hanya dalam beberapa minggu setelah dirilis, recreation cellular keluaran Nintendo itu bisa meraup pendapatan rata-rata Rp 26 miliar per hari dari fitur berbayar alias in-app buy. Popularitasnya pun telah mengalahkan terminologi “porno” pada mesin pencari.

Yang paling fenomenal, Pokemon Go dapat menciptakan kebiasaan baru buat netizen. Selain selfie, netizen kini juga doyan berkeliaran di jalanan nyata buat berburu Pokemon liar di dalam recreation.

Penyatuan dunia nyata dan recreation pada Pokemon Go dimungkinkan teknologi augmented-reality dan international positioning system (GPS). Ide brilian tersebut tiba dari John Hanke yg yaitu pelopor sekaligus CEO Niantic Labs.

Baca: Pemain Pokemon Go Kembali Temukan Mayat

Niantic Labs sendiri yaitu studio recreation yg mengembangkan Pokemon Go, bekerja sama dengan Nintendo dan Pokemon Firm.

“Saya terus berpikir dapat membuat recreation keren dengan knowledge GPS. Kita dapat bertualang di dunia nyata dalam foundation recreation,” kata Hanke.

Proses 20 tahun

Di balik kesuksesan Pokemon Go yg seakan diraih sekejap, Hanke mengalami proses jatuh bangun selama lebih kurang 20 tahun. Semua bermula pada tahun 1996, saat Hanke masih duduk di bangku sekolah.

Kala itu ia berhasil mengembangkan recreation berjenis massively multiplayer on-line (MMO) dengan nama Meridien 59. Hanke kemudian menjual recreation itu kepada perusahaan konsol recreation 3DO. Dana yg terkumpul digunakan buat mewujudkan ambisi utamanya mengembangkan peta digital.

Baca: Serunya Berburu Monster Pokemon Go Venusaur di Stadion GBK

Pada tahun 2000, Hanke akhirnya mendirikan perusahaan pemetaan digital 3D bertajuk Keyhole. Google melihat potensi teknologi yg dikembangkan Keyhole dan mencaplok perusahaan itu pada 2004.

Teknologi Keyhole menjadi cikal bakal Google Earth. Hanke diposisikan sebagai nakhoda dalam divisi Google Geo yg membawahkan tiga layanan, yakni Google Earth, Google Maps, dan Google Road View.

Bikin startup sendiri

Hanke berkarier di Google selama enam tahun hingga 2010. Pada sesuatu titik, Hanke menetapkan buat membuat startup sendiri bernama Niantic Labs yg didanai Google. Startup itu fokus menciptakan recreation berbasis peta sesuai dengan impian Hanke.

“Saya terus berpikir dapat membuat recreation keren dengan memakai knowledge geolokasi. Kita mampu merasakan petualangan nyata pada foundation recreation,” kata Hanke.

Recreation pertama yg diluncurkan Niantic adalah Ingress. Menurut Hanke, ide recreation tersebut terinspirasi dari khayalannya bagi pulang dan pergi dari rumah ke kantor Google. Sayangnya, percobaan pertama Hanke gagal di pasaran. Ingress tidak mendapat penerimaan sebagaimana diharapkan.

Meski begitu, Hanke tidak patah semangat. Pada 2014, ia melihat ada peluang besar dari proyek guyonan April Mop yg dibuat Google dan Pokemon Firm. Saat itu antusiasme netizen memang membeludak.

Padahal, mekanisme guyonan itu simpel: netizen dapat melihat monster-monster Pokemon berkeliaran dalam Google Maps. Hanke pun tidak menunggu lama bagi mengembangkan Pokemon Go pada tahun itu juga. Ia percaya lelucon April Mop itu bakal sukses seandainya dibuatkan recreation sungguhannya.

Mendekati investor

Hanke sadar idenya mewujudkan Pokemon Go lewat Niantic butuh dukungan investor. Ia pun mendekati Pokemon Firm dan Nintendo pada 2015. Pendekatan ke beberapa perusahaan itu dikerjakan dengan strategi berbeda.

Pokemon Firm lebih gampang didekati dengan bekal Hanke sebagai pekerja Google yg bersinggungan segera dalam proyek April Mop pada 2014. Jodoh Hanke dan Pokemon Firm diperkuat karena CEO Pokemon Firm Tsunekazu Ishihara adalah gamer sejati Ingress.

Komunikasi di antara mereka terjalin lebih santai. Pokemon Firm pun mengucurkan dana dan merestui langkah Hanke membuat Pokemon Go.

Baca: Google Sudah Isyaratkan Pokemon Go sejak Lama

Sementara itu, pendekatan ke Nintendo lebih didasari kesamaan visi. Saat itu almarhum Satoru Iwata masih menjabat CEO Nintendo. Ia berdiskusi dengan Hanke dan keduanya memiliki cita-cita serupa, yakni memungkinkan masyarakat beranjak dari kursinya dan berpindah tempat ketika bermain recreation.

“Mereka (Iwata dan Hanke) sama-sama setuju bahwa recreation harus menjadi satu yg membuat keluarga bermain bersama, serta mengoneksikan orang-orang. Ini meninggalkan kesan yg kuat pada saya,” kata neuroscientic Jepang, Ryu Kawashima. Ia dikenal atas kemunculannya di serial video Mind Age bagi Nintendo DS dan Nintendo 3DS.

Di tengah kesulitan bisnis Nintendo menghadapi penurunan penjualan konsol recreation, perusahaan Negeri Sakura itu akhirnya yakin kepada Niantic dalam upaya mewujudkan Pokemon Go.

Hanke mengumpulkan dana 25 juta greenback AS atau Rp 328 miliar dari Google, Nintendo, Pokemon Firm, dan investor yang lain buat membentuk tim Pokemon Go. Ada sekitar 40 orang yg menjadi anggota tim.

Mendobrak stereotipe

Hanke pun akhirnya mewujudkan cita-citanya bersama Iwata. Citra gamer yg biasanya lekat dengan gaya hidup tidak sehat kini bergeser pelan-pelan. Setidaknya, pemain Pokemon Go tidak dapat berjam-jam diam dalam rumah, lupa makan, dan lupa bersosialisasi karena terlarut dalam recreation.

Hanke merancang Pokemon Go buat memaksa gamer bergerak ke sana kemari dengan cara menyenangkan, yakni mencari monster-monster digital di dunia nyata. Gerakan fisik pemain pun dibayar dengan temuan Pokemon dan item-item bermanfaat yg tersebar pada titik-titik Pokestop.

Selain mendorong gamer agar bergerak, Hanke juga ingin mengajak pemain buat mengeksplor lingkungan sekitar. Dengan begitu, pemain dapat selalu belajar dan mendapat pencerahan dari hal-hal yg terjadi di sekeliling.

Terakhir, Hanke berharap para pemain Pokemon Go dapat berkenalan dengan sesama komunitas pemain. Hal itu mampu terjadi ketika sama-sama hendak mencari Pokemon di jalan, dulu berlanjut mengobrol hal-hal lainnya.

Pokemon Go resmi meluncur pada 6 Juli 2016 di AS, Australia, dan Selandia Baru. Meski baru hadir resmi di tiga negara, netizen negara yang lain dapat turut memainkan Pokemon Go.

Mereka memakai dua trik, antara yang lain dengan membuat akun Apple di tiga negara resmi atau mengunduh APK buat pengguna Android.

Popularitas Pokemon Go berhasil meningkatkan nilai saham Nintendo hingga lebih dari 50 persen. Nilai perusahaan pun naik menjadi 12 miliar greenback AS atau sekitar Rp 157 triliun.

Dengan ini, ketelatenan dan fokus Hanke pada recreation berbasis GPS nyatanya tidak sia-sia. Entah apa lagi ide “gila” Hanke yg bakal menjadi tren international selanjutnya.

Sumber:

http://tekno.kompas.com/learn/2016/07/22/20080057/perjuangan.20.tahun.kreator.pokemon.go.

No associated publish!

Source link


Viewing all articles
Browse latest Browse all 2972

Trending Articles