KOMPAS.com – Saat ini telepon seluler pintar seperti telah menjadi barang yg harus dibawa ke mana pun kalian pergi. Bahkan, muncul ungkapan ”lebih baik dompet ketinggalan daripada ponsel pintar yg ketinggalan”.
Ibarat candu, begitulah arti ponsel pintar buat mayoritas pemiliknya. Produsen ditantang agar produknya tetap dicari-cari konsumen, setiap kali seri baru ponsel tersebut diluncurkan.
Laporan survei kuantitatif lembaga riset pemasaran MARS Indonesia, ”Analisa Kebutuhan Ponsel Pintar (2016)” menyebutkan, hampir 80 persen dari 209 responden mengaku mengganti ponsel pintar dalam waktu kurang dari beberapa tahun.
Responden yg disurvei berlokasi di Jakarta, Bogor, dan Tangerang. Latar belakang responden berusia 18-35 tahun, berpendidikan akademi ke atas, serta berpendapatan Rp 2,5 juta hingga lebih dari Rp 7 juta per bulan. Pengumpulan knowledge secara wawancara terstruktur tatap muka.
Sebanyak 31 persen responden mengaku mengganti ponsel pintar yg lama karena ingin mempunyai mannequin baru. Berikutnya, secara berturut-turut alasannya adalah ponsel pintar lama telah rusak (19,14 persen), bosan (15,31 persen), mencari yg lebih canggih (12,92 persen), dan tak mau ketinggalan zaman (eight,13 persen).
Business and Enterprise Improvement Director MARS Indonesia Suryo A Soekarno menyebutkan, keluhan terhadap ponsel lama tak terus berkaitan dengan desain terpopuler. Namun, ada juga yg lebih fokus pada fitur penunjang aktivitas mereka sehari-hari.
Menurut dia, sekitar 33,5 persen responden mengatakan, daya baterai yg cepat habis yaitu keluhan utama. Keluhan berikutnya, antara lain, akses berselancar di mesin pencari yg membutuhkan waktu lama (14,four persen), memori (random entry reminiscence/RAM) yg terlalu kecil (12,9 persen), dan kualitas kamera yg kurang memuaskan (9,1 persen).
Dalam waktu sekitar enam bulan, mayoritas responden berencana membeli perangkat baru seandainya keluhan-keluhan itu selalu terjadi. Sebanyak 77,5 persen responden memanfaatkan mesin pencari guna memperoleh referensi utuh atas ponsel yg diinginkan. Sisanya, bertanya ke teman.
Bentuk dan merek
Menurut Suryo, ketika ini sekitar 97,6 persen responden memilih tipe ponsel yg tipis. Adapun 67 persen menyenangi bentuk lengkung di setiap sudut. Dari keseluruhan responden itu, sekitar 85 persen mengunggulkan ponsel pintar dengan bagian belakang rata.
”Saat kalian melakukan survei tersebut, ternyata merek ponsel internasional masih tetap mereka jagokan. Jika ada merek lokal, sebagian besar persepsi mempertanyakan peningkatan mutu dan kualitas fitur pabrikan dalam negeri,” kata Suryo.
MARS Indonesia mengadakan survei itu sebagai bagian dari pengembangan riset produsen ponsel Advan Indonesia.
Dua tahun lalu, CNET—media di Amerika Serikat yg fokus mengulas teknologi—pernah menulis artikel berjudul Mengapa Desain Ponsel Pintar Penting (Why Smartphone Design Issues). Artikel ini diawali dengan cerita seorang pembaca CNET terkait pengamatan perilaku pengguna ponsel pintar yg terus memasang pelindung luar di perangkat mereka. Sebagus apa pun mannequin desain, kata pembaca itu, rata-rata pengguna memasang pelindung luar bagi melindungi atau menjaga performa dalam ponsel mereka.
Uraian artikel berikutnya menyebutkan sanggahan, desain yaitu bagian dari sebuah proyek besar yg dikerjakan produsen ponsel buat mempertahankan citra merek. Desain mampu dilihat dari tampilan luar yg menjadi daya tarik bagi tiba menghampiri gerai perangkat komunikasi.
Saat ini, pengguna ponsel di Indonesia diperkirakan sekitar 150 juta orang. Meski demikian, sesuatu ponsel mampu digunakan bagi lebih dari sesuatu nomor seluler.
Asosiasi Pengusaha Jasa Web Indonesia pernah melansir knowledge, rata-rata sesuatu orang memiliki beberapa nomor seluler.
Berdasarkan knowledge yg dihimpun Kompas, Telkomsel, misalnya, memiliki sekitar 150 juta pelanggan. Adapun Indosat Ooredo memiliki sekitar 65 juta pengguna dan XL Axiata memiliki 55 juta pengguna.
Praktisi telekomunikasi dan dosen Program Studi Magister Manajemen Universitas Indonesia Jakarta, Hasnul Suhaimi, berpendapat, konsumen sekarang makin cerdas. Merek mungkin masih menjadi hal penting yg dilihat ketika membeli ponsel baru.
Akan tetapi, tren ke depan, konsumen menilai produk dari kualitas fitur yg dapat mendukung aktivitas pengguna. Harga juga masuk ke dalam perhitungan pengguna. Maka, produsen harus cerdas berinovasi buat memenangkan pasar. (MEDIANA)
Sumber:
http://tekno.kompas.com/learn/2016/06/17/10573167/mengapa.dan.kapan.orang.indonesia.ganti.ponsel.baru.
No associated submit!