Quantcast
Channel: Java, Android, Virtual, Social, International, and News
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2972

Kisah Zuckerberg Yang Mau Hancurkan Google Plus

$
0
0

KOMPAS.com – Tahun 2011, Google launching jejaring sosial baru yg dinamakan Google Plus. Kedatangannya langsung memicu reaksi dari Mark Zuckerberg, pelopor sekaligus CEO Fb.

Garcia Martinez, seorang mantan pegawai Fb, menuturkan bahwa saat itu Google Plus dipandang sebagai serangan segera dari Google terhadap Fb.

“Zuck (panggilan Zuckerberg) menganggapnya ancaman eksistensial yg sebanding dengan tindakan Soviet menempatkan senjata nuklir di Kuba pada 1962,” sebut Martizez dalam sebuah buku yg nukilannya dimuat oleh Vainness Truthful, sebagaimana dirangkum KompasTekno, Rabu (eight/6/2016).

Sebelumnya, Google memang telah “terganggu” oleh Fb karena talenta berbakatnya semakin banyak yg menetapkan pindah ke perusahaan saingan itu.

Padahal, lalu Google sempat meremehkan Fb di masa-masa awal layanan jejaring sosial tersebut. Nah, Google Plus yaitu langkah perdana Google bagi segera menohok Fb secara terang-terangan.

Zuckerberg pun menabuh genderang perang. Dalam sebuah pidato di depan para pegawai lelaki 32 tahun yg drop-out dari universitas Harvard ini mengutip kata-kata senator Romawi, Cato the Elder, semasa perang melawan Carthage, ratusan tahun sebelum Masehi.

“Anda tahu, salah seorang orator Romawi favorit aku terus mengakhiri pidato dengan kalimat Carthago delenda est, artinya ‘Carthage harus hancur’. Entah kenapa aku memikirkan itu sekarang,” tulis Martinez mengulangi ucapan Zuckerberg yg seolah ingin meremukkan sang rival baru Fb.

Lockdown

Zuckerberg beranggapan bahwa Google Plus dan Fb bakal bersaing keras memperebutkan pengguna. Terlebih, Google Plus turut didukung oleh aneka layanan on-line Google seperti Gmail dan Search.

Menurut Martinez, Zuckerberg lantas menerapkan standing khusus yg disebut “Lockdown” di kantor. Ini adalah standing khusus di mana para pegawai didorong bagi bekerja lebih keras dalam mengatasi suatu kendala, entah yg bersifat teknis atau berupa pesaing seperti dalam masalah Google Plus.

Tim programmer lebih giat mencermati baris kode fitur baru supaya tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari, sementara berbagai elemen Google Plus dibedah luar dalam oleh para petinggi di Fb.

Bahkan kafe di kantor Fb juga dibuka saban akhir pekan supaya keluarga mampu mengunjungi pegawai yg terpaksa lembur, demi meningkatkan kualitas produk agar mampu meredam Google Plus sebelum sempat berkembang.

Akhirnya, pada April 2014, Vic Gundotra, punggawa Google Plus yg merintis proyek jejaring sosial itu, resmi mengundurkan diri dari Google.

Meski tidak diakui terang-terangan oleh Google, mundurnya Gundotra diartikan sebagai sinyalemen bahwa Google telah lempar handuk. Jejaring sosial Google+ sudah kalah bersaing melawan Fb.

Apalagi, sejumlah tim produk Google Plus, seperti yg menangani aplikasi chatting Hangout dan layanan photograph sharing Photographs, kemudian dipreteli dan dialihkan ke divisi Android.

Bagaimana dengan Fb? Setelah upaya Google menyainginya gagal, perusahaan itu tetap menjadi jejaring sosial terbesar di dunia. Google pun masih  tetap merajai search. Keduanya tetap menjadi raksasa teknologi di bidang masing-masing

Entah bagaimana Zuckerberg menyikapi Snapchat yg akan menyaingi popularitas Fb. Mungkin dia mulai kembali mengulang perkataan Cato the Elder?

Sumber:

http://tekno.kompas.com/learn/2016/06/08/03200027/Kisah.Zuckerberg.yang.Mau.Hancurkan.Google.Plus

No associated publish!

Source link


Viewing all articles
Browse latest Browse all 2972

Trending Articles